Diterangkan pada awal penulisannya, Weddha Satmaka dimaksudkan sebagai Petunjuk Kehidupan, oleh penulisanya, yaitu Empu Cipta Sisthawa atas permintaan Raden Mas Harya Suganda dari Pasuruan (lihat gambar dibawah), terbaca : "Serat Weddha Satmaka tegesipun : weddha : papakem, ngelmi utawi piwulang, satmaka tegesipun gesang, . . . dst"
Sebagai petunjuk olah batin, Weddha Satmaka terdiri dari 36 bab , ditulis pada hari Kamis, tanggal 20 Dulkaidah 1826 atau 22 April 1897, diterangkan pada bagian akhir hlm. 3 diteruskan dibagian awal hlm. 4, (gambar bawah), terbaca sbb.:"purwaning panggita, ri respati tanggal dwi dasa, wulan Dukangidah, jroning jimakir warsa, tinengren condrasangkala, 'pamolahnya amandeng ngesti putra' : 1826 : . . . dst."
Diterangkan di hlm. 49 atau halaman akhir, bahwa pada tgl. 07 September 1906, Serat Weddha Satmaka selesai disalin kembali oleh Sastra Dimeja (gambar bawah), terbaca sbb : "tamat rampung 7-10-1906, sampun cocog kaliyan salugunipun, Sastra Dimeja (tanda tangan)".
Dibawah adalah gambar halaman terakhir, halaman 49. Walaupun digolongkan sebagai buku olah batin (kebatinan), bisa juga buku langka ini juga dianggap sebagai buku sastra jawa.
Buku langka koleksi 'rare book' bersampul seadanya berwarna merah ini, seperti ukuran buku tulis biasa, 17 x 21 cm (1/2 folio), ditulis tangan menggunakan tinta yang bersifat membakar kertas, bukan tinta dengan pigmen warna, walaupun sudah seabad umurnya tapi bau hangusnya masih terasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berkomentar disini