Kamis, 16 Februari 2017

Mangkunagoro VI.


Buku peringatan '40 tahun ' atau '5 windu' wafatnya K.G.P.A.A  Mangkunagoro VI dibawah ini walaupun belum tua tetapi termasuk buku langka. Kalau melihat kata sambutan oleh Jenderal Nasution, yaitu pada tanggal 5 Juni 1965, maka saat ini umur buku ini 50 tahun. 
K G P A.A. Mangkunagoro VI adalah raja ke 6, Praja Mangkunagaran, istananya terletak di tengah-tengah kota Solo, tidak jauh dari Kraton Surakarta.
Beliau lahir pada tgl. 3 Maret 1857, naik tahta pada tgl. 21 November 1896, menggantikan kakaknya Mangkunagoro V wafat namun putra mahkota pengganti yaitu BRM Soerjosoeparto masih kecil.
Begitu putra mahkota BRM Soerjosoeparto sudah cukup usia untuk naik tahta, maka Mangkunagoro VI turun tahta atas kehendaknya sendiri, pada tgl. 11 Januari 1916 dan selanjutnya beliau menetap di Surabaya sampai meninggal pada 24 Juni 1928.
Mangkunagoro IV (MN IV) terkenal sebagai penguasa dan pengusaha yang disiplin dan juga anti Belanda.
Saat beliau menggantikan kakaknya, kas kerajaan sedang krisis karena keadaan dan ulah Belanda, bahkan punya utang pada Belanda.
Untuk mengatasinya maka MN IV membuat kebijakan-kebijakan, diantaranya menolak campur tangan Belanda dalam menangani usaha-usaha milik Mangkunegaran, memisahkan keuangan perusahaan dan keuangan kerajaan, menarik pajak tanah yang disewa yang dipakai kereta api swasta Belanda (NISM) dan saat NISM tidak membayar maka NISM jurusan Solo-Surabaya disita sebagai milik. Dan tentu saja kebijakan pemangkasan pengeluaran yang tidak diperlukan, misalnya mematikan lampu penerangan jalan pada
saat terang bulan.
Dengan kebijakan-kebijakan yang diterapkan, MN IV pada saat menyerahkan tahtanya kepada yang berhak, utang kerajaan sudah dibayar lunas, 'kas kerajaan' sudah 'sehat' kembali. 

Gambar bawah adalah MN IV pada saat berusia 28 tahun dan setelah bergelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagoro IV. 

Gambar bawah, kediaman beliau di jalan Panglima Sudirman Surabaya.

ZAMAN Perang Kemerdekaan 1948-1949. Puluhan mortir Belanda dijatuhkan di pemakaman yang ketika itu menjadi salah satu tempat pengungsian warga Solo. Ajaib! Tak satu pun mortir meledak. Lalu menyebarlah cerita tentang tuah makam itu. 
Dibawah ini gambar gerbang dan makam MN IV di SOLO.

Buku berukuran 11.5 x 18 cm, 237 hlm.

Teks dan gambar diambil dari buku diatas dan internet.
Maaf apabila ada kekeliruan.