Api memang salah satu musuh utama buku, dengan cepat dan terlihat nyata melahap buku.
Musuh utama lainnya yang menyerang buku dengan tenang aman dalam keheningan adalah rayap dan kutu buku. Rayap dan kutu buku bisa menyerang, biasanya karena cara penyimpan buku kurang baik
Yang diunggah 'rare book' kali ini adalah contoh sebuah buku langka yang nyaris habis dimakan kutu, banyak lubang tembus sampai kebelakang, disudut-sudut hardcover kalau dipegang terasa lembek/kosong karena lapisan dalam karton habis dimakan kutu.
Buku ini didapat dari sebuah lapak kertas/buku bekas kira 2 bulan yang lalu, kalau telat sedikit buku ini bakal menjadi bubur, padahal buku ini sangat menarik, sesuai dengan judulnya "Kroniek der Zuider en Oosterafdeeling van Borneo" atau "Kronik Kalimantan bagian Selatan dan Timur". Bersyukur buku masih bisa 'dinikmati'.
Kronik adalah catatan peristiwa menurut urutan waktu kejadiaannya.
Tertulis pada halaman 3, dibawah ini bahwa pada abad ke V Masehi Koetai dibawah pengaruh Hindu langsung dari India. Hal tersebut tertulis di artefak yang diketemukan disebuah goa di Gunung Kombeng, Kota Bangun dan Muara Kaman.
Pada halaman 4, gambar berikut, diterangkan bahwa Adji Batara Agung Paduka Nirah sebagai raja II Kutai pada 1410 - 1450.
Pada th. 1438 - 1460, Surja Anata sebagai raja pertama Bandjermasin, dia menikah dengan Poetri Djoendjoeng Boehi (menurut legenda, putri tersebut berasal dari air).
Menurut pendapat 'rare book', isi buku langka ini sangat menarik karena kita bisa mendapatkan keterangan yang sudah dirangkum dari 31 sumber (literatuur opgave).
Gambar dibawah ini adalah halaman awal mengenai 'kronik' para Sultan di Kerajaan Banjarmasin. mulai dari Sultan Anata pada th. 1438 - 1460 sampai dengan raja ke 17, Sultan Tachmid Lilah I pada th. 1778 - 1783.
Buku ini ditulis oleh Dr. J. Eisenberger, dengan ukuran 22.5 x 27.5 cm, tebal 130 halaman. Dicetak oleh Percetakan Liem Hwat Sing, Banjarmasin th. 1936.
Mungkin banyak peminat sejarah yang tidak bisa bahasa Belanda maka buku ini tidak banyak peminatnya, apalagi saat ini sudah banyak buku sejarah dalam bahasa Indonesia, maka buku ini tidak diperhatikan lagi. Ujungnya buku langka ini jatuh ke lapak kertas bekas, siap jadi bubur kertas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berkomentar disini