Kamis, 30 Oktober 2014

Serat Babad Surakarta, aksara Jawa.


'rare book' mengunggah 'buku langka' berjudul panjang : 
"Serat Babad Surakarta ingkang katelah dipun wastani Babad Giyanti mawi sekar Macapat"
maksudnya "Serat Babad Surakarta yang lebih dikenal dengan nama Babad Giyanti, dalam bentuk tembang (lagu Jawa) Macapat". Bundel lengkap berisi jilid I s/d IV.
Diberi judul 'Babad Surakarta' karena menceritakan kepindahan Kerajaan Mataram yang menguasai Jawa Tengah dan Timur, pindah ke Surakarta karena keratonnya di Kartasura dibakar oleh pemberontak Tionghoa. 
Sedang judul 'Babad Giyanti' diambil karena adanya sebuah perjanjian yang ditandatangani di desa Giyanti, terletak disebelah timur Surakarta, pada th. 1755. 
Hasil dari perjanjian adalah Mataram terbelah menjadi dua, Pangeran Mangkubumi menjadi raja Yogyakarta bergelar Hamengkubuwana, sedang Pakubuwana tetap di Surakarta.
Disni 'rare book' tidak membahas isi dari Babad Surakarta/Giyanti karena sudah banyak tulisan yang membahas isi atau kisahnya, baik didunia maya maupun dunia nyata.

Gambar atas adalah judul jilid I dan IV. 
Diakhir jilid IV dinyatakan akan dilanjutkan ke jilid V, tapi sampai bertahun tahun tidak terbit lagi.
Selain judul yang sudah ditulis diatas ditambah keterangan bahwa babad ini hasil karya Raden Tumenggung Yasadipura, pujangga kraton Surakarta Adiningrat.
Jilid I dicetak th. 1916, jilid II th. 1916, jilid III th. 1917 dan jilid IV th. 1918.
Buku ini tidak ada covernya, jadi kemungkinan ini bundel dari penerbitnya. 
Selain bundel ini juga ada terbitan per jilid, dengan tahun penerbitan sama dengan diatas, lengkap dengan cover, tampak gambar covernya dibawah ini.

Balai Pustaka juga menerbitkan Babad Giyanti karya Yasadipura juga, berbentuk tembang menggunakan aksara jawa, berturut-turut dari th. 1939 sampai th. 1941, sebanyak 22 jilid, yang mana jilid terakhir berisi daftar nama dan tempat. 

Senin, 27 Oktober 2014

Chattoelistiwa. Majalahnya Orang Bonjol, th 1939.

Majalah "Chattoelistiwa" (Katulistiwa) yang diunggah 'rare book' ini adalah sebuah majalah resmi dari Perserikatan 'Setia Bonjol', terbit pada bulan September 1939 sebagai nomer percobaan (dummy).
Sebuah majalah langka dan penuh dengan nilai sejarah, khususnya bagi masyarakat Bonjol, 'Nagari nan tigo Lareh, Rajo nan ampe selo', Sumatra Barat.
Masyarakat dari Bonjol yang merantau ke Medan dan sekitarnya membentuk perserikatan sosial bernama "Setia Bondjol" pada 22 November 1914 dan disahkan oleh pemerintah Belanda pada 22 Oktober 1921.
Sesungguhnya 'Setia Bondjol' sudah mempunyai Surat Kabar "Soeara Bondjol" sejak th. 1919, namun karena kesulitan biaya operasional maka "Soeara Bondjol" terpaksa dihentikan th 1925.
Baru pada September 1939, "Setia Bondjol" menerbitkan majalah 'Chattoelistiwa', salah satunya dimaksudkan sebagai sarana komunikasi diantara masyarakat Bondjol, 'Nagari nan tigo Lareh, Rajo nan ampe selo' yang tinggal di Medan dan sekitarnya.
Dalam gambar atas kiri, ditulis mengenai kerinduan anggota "Setia Bondjol" akan sebuah media karena "Soeara Bondjol" ditutup, dan kegembiraan dengan terbitnya "Chattoelistiwa", serta berharap agar masyarakat ikut berpartisipasi aktif dengan berlangganan dan mengirimkan tulisan maupun karangan.
Sebelah kanan adalah sambutan 'Sepatah djo Doeo', menggunakan bahasa daerah.

Ada juga rubrik 'Berita kampoeng' dan 'Apa kabar Bondjol'.

Ternyata 'Chattoelistiwa' juga ikut membangkitkan 'Cinta Tanah Air', mungkin masih terbatas kedaerahan, karena belum ada Indonesia (gambar bawah)

Koleksi 'rare book' terbatas hanya Nomer I dummy bulan September 1939, 12 halaman dan bulan November 1939
Berharap bisa mengunggah pada lain kesempatan, mudah2an bisa menambah wawasan.
Agar lebih jelas, silahkan 'klik' gambarnya.