Minggu, 30 Januari 2011
Onze Vestiging In Atjeh, 1879.
Judul buku langka disebelah ini adalah "De Waarheid Over Onze Vestiging In Atjeh", terjemahannya 'Kebenaran mengenai Kantor Cabang di Aceh'.
Diterbitkan oleh Joh. Noman en Zoon, th. 1878.
Penulisnya Luitnant Jenderal J. van Swieten, Ajudan Raja dan Dewan Negara dalam Layanan Luarbiasa.
Kalau melihat isinya, buku langka ini saya kira adalah sebuah laporan khusus yang dibuat oleh Ajudan Raja bidang Layanag Khusus.
Ada 9 Bab, masing berisi beberapa hal menyangkut laporan kegiatan di Aceh dan Peta Aceh Besar dan Peta Kraton.
Bab I, diantaranya mengenai 'Sikap Rakyat Aceh' .
Bab II, diantarannya mengenai blokade.
Bab III, diantaranya mengenai pendudukan di kamp Penajoeng.
Dan selanjutnya sampai Bab IX, diantaranya mengenai survei.
Madoera en zijn Vorstenhuis, 1936.
"Madoera en zijn Vorstenhuis" terbitan th. 1936, umurnya baru 75 tahun, namun bisa dikategorikan buku langka.
Isinya mengenai Dinasti/Raja2 di Madura, mulai dari :
Penembahan Lemahdoewoer (1531 - 1592),
Pangeran Tengah, Pangeran Mas,
Pangeran Tjakraningrat I - VIII terus sampai
R.A.A. Soerjonegoro sebagai Regent ke II (s/d 1918), diteruskan oleh
R.A.A. Tjakraningrat Regent ke III.Buku langka berukuran 20 x 28 cm 96 halaman tebal, ini diterbitkan sebagai Buku Kenangan bersamaan dengan 30 tahun Raden Adipati Arjo Tjakraningrat sebagai Regent van Bangkalan, dicetak dan diterbitkan oleh : Boekhandel G. kolff & Co.
Gambar kiri, Raden Adipati Arjo Tjakraningrat Regent van Bangkalan, kanan adalah Kolonel Pangeran Soerjoadiningrat.
Sebelah kiri, Pangeran Adipati Pakoeningrat. Kanan, Majoor Pangeran Prawironegoro.
Kiri, Pangeran Tjakraadiningrat, Regent I Bangkalan. Kanan, Raden Adipati Arjo Soerjonegoro, Regent II Bangkalan.
Kiri, Raden Adipati Arjo Satjaadiningrat, Regent Sampang dengan anaknya. Kanan, Silsilah dimulai dari Praboe Brawidjojo V.
Disamping adalah gambar Bataljon Barisan Bangkalan pada th. 1931.
i.gr. 10.00*
Kamis, 27 Januari 2011
Hindia Belanda dalam Cerita dan Gambar, 1924.
Kali ini 'mmzrarebooks' menampilkan sebuah buku langka, walaupun umurnya 86 tahun tapi bukunya relatif masih mulus, belum pernah ada perbaikan atau tempelan lainnya.
Buku berjudul "Indie In Woord En Beeld" berukuran 27.5 x 37.5 cm, 176 halaman ini termasuk buku langka, diterbitkan oleh L.F. van Gent, W.A. Penard dan Dr. D. Rinkes dalam dua bahasa, Belanda dan Inggris.
Seratusan gambar ukuran besar keadaan Hindia Belanda (Indonesia) pada tahun 1920 an, memberikan gambaran keadaan Indonesia pada saat itu, termasuk lingkungan dan masyarakatnya, baik lingkungan Istana maupun masyarakat biasa.
Sengaja ditampilkan gambar2 yang tidak biasa dimuat dibuku lain, misalnya pabrik Pengolahan Opium (Candu), ternyata dari jaman dulu sudah ada Weltevreden (Jakarta), apakah ada hubungannya pabrik shabu jaman sekarang?
Ada juga gambar Pompa Bensin jaman dulu, yang 'seru' adalah bentuk Mobil Tangki untuk pengiriman bahan bakar.Berikut gambar lukisan keadaan pelabuhan Ternate dan pelabuhan Banten sekitar tahun 1600 an.
Berikutnya gedung 'St. Vincentius' di Kramat, sekarang menjadi sekolah Katolik St. Vincentius. Sedang disebelahnya murid sekolah Muhammadiyah di Jogjakarta, pada tgl. 9 Feb 1922.
Gambar dibawah in adalah situasi pompa bahan bakar tempo dulu, perhatikan bentuk mobil tangkinya. Disebelah kanan adalah pabrik Opium (candu) di Weltevreden.
Berikutnya gambar Stasiun Tawang di Semarang, sekarang masih dipergunakan namun setiap hari kebanjiran. Sedang gambar disebelahnya, dulunya tempat tinggal 'Gouverneur-Generaal van der Parra, pernah digunakan sebagai Rumahsakit militer, tapi sekarang sudah tidak ada, letaknya kira2 diseberang gang Kenanga.
i.gr. 04.00*
Selasa, 04 Januari 2011
Jakarta Tempo Doeloe (awal th. 1900 an), IV.
Agar bisa lebih 'dinikmati', saya tampilkan juga foto terkini (1 Januari 2011), sebagai pembanding.
Berikut adalah gambar 'foto Pasar Baroe' dari arah Selatan, terlihat bentuk bangunannya dipengaruhi gaya China.
Hampir seabad kemudian, pada foto Pasar Baroe masa kini, terlihat bentuk bangunan yang paling depan masih bertahan, bahkan bangunan bertingkat tinggi disebalah kiri belakang masih kokoh berdiri. Namun sayang didepan, dibangun pintu gerbang tembok tinggi, kesannya seperti pintu gerbang benteng jaman dulu.
Senin, 03 Januari 2011
Djakarta Tempo Doeloe (awal th. 1900 an), III.
Agar bisa 'dinikmati', saya tampilkan juga foto terkini (1 Januari 2011), sebagai pembanding.
Foto Gereja Bethel di Mester Jatinegara hampir 100 tahun yang lalu dan dibawahnya foto Gereja saat ini, 1 Januari 2011. bangunannya masih mirip, lingkungannya yang berbeda jauh, diantaranya ada shelter bushway di depan gereja.
Foto berikut adalah Jembatan Kereta Api di Mester, Jatinegara, dilihat kearah Matraman. Bandingkan dengan jembatan tersebut pada masa kini, hampir seabad yang lalu, panjang jembatan sudah disesuaikan dengan jalan dibawahnya. Jalannya sudah dibagi menjadi dua bahkan ada bushway. Beda banget.
i.gr. 02.00
Jakarta Tempo Doeloe (awal th. 1900 an), II.
Agar bisa lebih 'dinikmati', saya tampilkan juga foto terkini (1 Januari 2011), sebagai pembanding.
Dibawah ini gambar foto 'Pasar Glodok' jaman dulu dan Pasar Glodok saat ini, setelah nyaris 100 tahun kemudian. Kalau nggak ada tulisan dibawahnya pasti kita nggak tahu dimana, karena pasar Glodok seabad yang lalu seperti pasar tradisional, sekarang menjadi Pasar Bertingkat Banyak (Glodok Building). Bentuk bangunan sebelah kanan masih mirip.
Jakarta Tempo Doeloe (awal th.1900 an), I.
Agar bisa lebih 'dinikmati', saya tampilkan juga foto terkini (1 Januari 2011), sebagai pembanding.
Foto Gedung Kesenian Jaman dulu, terlihat halamannya masih luas dan Gedung Kesenian sekarang, halamannya sempit dipagar, seberangnya persis dibangun shelter bushway, jadi agak sulit mendapatkan sudut pengambilan seperti yang kita inginkan. Bangunan tidak banyak berubah, hanya lingkungannya beda banget, kira2 beda seabad lah
Gambar berikutnya adalah Foto Kantor Pos Jaman Dulu dan Sekarang. Bangunannya tidak jauh beda walaupun beda usia hampir seabad. Kalau tidak keliru gedung tersebut menjadi Pusat Filateli, sedang Kantor Pos yang baru pindah ke gedung besar modern kira letaknya dibelakang gedung lama tersebut.
Sengaja saya memotret obyeknya, pada 1 januari 2011, dimana jalanan relatif sepi.
Pada hari biasa maka obyek dan lingkungan yang ingin ditampilkan penuh dengan kendaraan dan orang lalu lalang sehingga sulit untuk mendapatkan gambar yang sesuai dengan yang kita inginkan.
i.gr. 02.00