Selasa, 12 November 2019

Intermezzo, Keris Madura Sepuh.

Intermezzo kali ini mengunggah sebuah keris tangguh Madura Sepuh, diperkirakan abad XIV, lengkap dengan gagang dan warangkanya (sarung), terbuat dari kayu cendana Jawa.
Keris sepuh (tua) , dengan pamor 'ngulit semangka' sebetulnya tidak langka, tetapi sengaja mencari sepasang gagang dan warangka model 'kongbukongan' Madura memang tidak mudah, apalagi model 'kongbukongan' yang 'bagus', diukir halus, detil dan mengandung makna walaupun yang mengerti maknanya sesungguhnya hanya pemilik awal dan pembuatnya. 
Jadi harus pesan khusus.


 Gambar bawah kanan dan kiri adalah keris dilihat dari dua belah sisi.
Pamor nya biasa disebut pamor 'ngulit semangka'.
Sedang gambar tengah adalah 'Surat Keterangan' dari Museum 'Pusaka Taman Mini Indonesia Indah', ditandatangani oleh ibu Sri Lestari, pendiri dan pemimpin pertama museum Pusaka TMII.

Gambar bawah adalah gambar warangka dan gagang keris, gambar kiri dilihat dari arah kiri keris dan  gambar kanan dilihat dari arah depan keris.


Pranatan Pasamuwanipun Kanjeng Ratu Hemas, Prameswari Sri Susuhunan Pakubuwana X, Surakarta.


"Pranatan lampah lampah pasamuwan tingallipun Prameswari Dalem Gusti Kangjeng Ratu Hemas, kaleres wiyossan tumbuk :32: tahun, benjing ing dinten Rebo Wage, tanggal kaping :12: wulan Rejep, ing tahun Be :1856: kaparengnging Karsa Dalem, sontennipun mawi pasamuwan dhine".

Kalimat diatas adalah transliterasi dari aksara Jawa, pada gambar atas, judul dari sebuah 'pranatan/tata cara/urut-urutan untuk pasamuwan (pertemuan pesta) peringatan hari lahir Gusti Kanjeng Ratu Hemas, permaisuri Sri Susuhunan Pakuwuwana X', Surakarta, diselenggarakan pada hari Rabu Wage, bulan Rajab, tahu Be 1856 atau 27 Januari 1926 M.

'Gambar-gambar dibawah ini adalah 6 halaman 'Pranatan' tersebut diatas.
Halaman 1 (kiri), berisi Judul dan tata cara membuku singepnya Raja, tata cara mengenai kehadiran serta tempat duduknya Raja di Pandhapa Sasana Sewaka, serta tata cara untuk barisan pengawal.
Halaman 2 (kanan), berisi tata cara menempatkan dan membunyikan gamelan, tata cara saat Raja duduk ditempatnya, cara mengatur duduk Raja dan tamu kehormatan saat dhine (diner).

Halaman 3 (kiri), berisi tata cara mengenai penyambutan kehadiran Kanjeng Tuan Residhen, tata cara menyediakan rokok cerutu, selanjutnya tarian yang dibawakan oleh putra dan cucu Raja.
Halaman 4 (kanan), berisi tata cara menyajikan minuman, makanan dan kepulangan Tuan Residhen. Bab 13 mengenai siapa saja diwajibkan menghadap memberi selamat serta jenis pakaian yang digunakan

Halaman 5 (kiri) meneruskan ketentuan bab 13, yaitu urutan pemberian hormat, yaitu masuk setelah Tuan Residhen selesai memberikan hormat. Demikian juga dengan para abdi dalem dan prajurit.
Halaman 6 (kanan) masih meneruskan tata cara penghormatan. 
Paling bawah ditulis keterangan, kapan rangkaian 'Pranatan' (tata cara) ini disahkan. Untuk lebih jelasnya silahkan lihat (klik) gambar dibawah ini.
"Kadhawuhaken ing dinten Senen, tanggal kaping 10 wulan Rejeb, tahu Be, 1856.
Diperintahkan pada hari Senin, tanggal 10 Rajab, tahun Be, 1895 (25 Januari 1926 M).

Mohon maaf bila terjadi kekeliruan atau ada yang tidak berkenan, pranatan upacara tersebut diatas diunggah untuk menambah wawasan pengunjung 'buku langka' mengenai salah satu budaya adiluhung keraton Surakarta. 

Rabu, 28 Agustus 2019

Penyimpanan buku koleksi blog 'buku langka'.

Banyak pengunjung blog 'buku langka' memberikan komentar dan permintaan sesuai dengan kepentingannya, termasuk keinginannya untuk melihat langsung buku-buku yang diunggah di blog ini. 
Kami khawatir pengunjung yang melihat langsung akan tertegun kecewa setelah melihat tumpukan buku dilemari, dikontainer, bahkan dikardus-kardus, tidak seperti perpustakaan dengan ruangan nyaman fully AC yang pernah dikunjungi, , atau seperti perpustakaan yang ditayangkan di TV atau di medsos. Maka dengan rasa malu, diunggahlah gambar-gambar, cara menyimpan buku-buku koleksi 'buku langka', hanya disimpan dalam wadah yang kurang memadai ini. Dengan demikian, tamu tidak kecewa karena sudah tahu terlebih dahulu.
3 lemari diatas diperkirakan 90 % berisi buku langka.

Dari gambar-gambar diatas dan dibawah, tentu bisa terlihat bagaimana sederhananya penyimpanan buku-buku koleksi 'buku langka'.Untuk mencari sebuah judul buku tentu tidak mudah, apalagi kalau sekedar mau melihat-lihat, bingung mau mulai darimana dan mau lihat apa? Yang terlihat hanyalah berderet tumpukan buku, dibelakangnya masih ada sederet tumpukan buku lagi, apalagi dalam ruangan yang mirip gudang.
4 buah konteiner berisi kira-kira 99% buku langka.

Untuk mengamankan buku, yang kami lakukan juga sederhana :
1. dibungkus plastik agar tidak kena lembab, tidak ada debu yang keluar masuk ke buku, maklum buku yang sudah puluhan atau ratusan tahun juga mengeluarkan debu dan bau yang khas.
2. Hanya ditumpuk dilemari metal dan di kontainer plastik agar rayap tidak mudah  masuk.
3. Sekali-kali diperiksa, digeser-geser agar rayap tidak tertarik untuk bersarang dan cari makan ditumpukan buku.
 
3 buah lemari  lebih kurang 60 % berisi buku langka.

Bagi pengunjung blog 'buku langka', terutama bagi yang membutuhkan fotocopian, mohon pengertiannya bahwa kami tidak bisa melaksanakan apa yang diinginkan karena buku langka yang sudah tua, bahkan ratusan tahun, kertasnya sudah rapuh; apalagi untuk buku tebal, kalau dipaksa difotocopy, akan merusak bukunya, maaf.

Rabu, 21 Agustus 2019

Serat Darmagandhul.

Buku mengenai Serat Darmagandhul memang 'tidak langka', yang baru, yang bekas maupun yang 'photocopyan', banyak ditemukan dipenjual buku, tetapi mengapa blog 'buku langka' mengunggah buku berjudul : "Darmagandhul" ?
Maaf, yang diunggah memang 'buku Darmagandhul', tapi yang dibahas 'bukunya', bukan 'isinya' yang 'bisa' membuat orang 'tersesat' batinnya, keyakinannya dan pola pemikirannya.

Diatas adalah gambar halaman 1 (letak nomer halaman berada diawal kalimat pertama),  tidak ada keterangan siapa penulisnya tetapi ada keterangan kapan ditulisnya, terbaca pada sulih aksara berwarna merah, penanggalan Jawa, pada gambar diatas, yaitu :  ing ngari Respati Paing kaping sapisan Ramelan, paningron paringkelane,  tahun Dal ling Kulawu, mongsa Sapta pan sampun akir, nuju wuku Prangbakat, Kuntara kang windu, etanging condrasangkala : Resi Suci Bujangganiren Narpati (th.1847) atau 21 Juni 1917.  

Ada beberapa hal yang membuat 'buku' beraksara Jawa seluruhnya ini menarik untuk diunggah, diantaranya :
1. Walaupun masih ditulis tangan, penomeran 14 halaman pertama menggunakan 'angka' aksara Jawa (bawah kiri), halaman selanjutnya menggunakan 'angka' huruf latin mulai dari halaman 1 s/d 64,  (bawah kanan).
 

2. Dilihat dari hurufnya, buku ini terbagi 2 bagian, yaitu sebagian awal (64 halaman) menggunakan aksara 'tulis tangan' dan dilanjutkan dengan halaman 'huruf cetakan' sampai tamat, halaman 223.
Gambar bawah kiri adalah akhir halaman 'tulis tangan', halaman 64. Halaman selanjutnya, halaman 65, menggunakan huruf cetak (gambar bawah kanan).

Gambar bawah adalah gambar halaman 223, halaman akhir dari buku ini. Terdapat keterangan kapan Serat Darmagandhul ini ditulis. Terbaca pada 'sulih aksara' berwarna merah, penanggalan Jawa, yaitu pada telasing panedhakipun, madya ratri nuju ari Setu Wage ping sapisan, wulan Ruwah Je kang warsi, etanging condrsangkala : 'Rasa Catur Bramana Ji' (th.1846),  atau tgl. 3 Juni 1916.

3. Mulai dari awal halaman 1 (tulis tangan) sampai akhir, halaman 223, huruf cetakan , selalu ada lembar kosong tidak ada tulisan atau cetakan apapun jadi buku tersebut ditulis bergantian, selembar ditulis/dicetak, selanjutnya lembar berikutnya kosong, perhatikan gambar dibawah ini.
Gambar bawah kiri adalah gambar halaman tulis tangan, terlihat selembar kertas kosong antara halaman 24 dengan halaman 25, sedang gambar bawah kanan memperlihatkan selembar kertas kosong diantara halaman 68 dengan halaman 69.

Dari 3 hal tersebut diatas maka ada pertanyaan yang tidak terjawab :
a. Bisa dipastikan bahwa buku Darmagandhul koleksi 'buku langka' adalah buku yang dijilid ulang. Siapakah yang membuat halaman tulis tangan dan menyusun menjadi sebuah buku tersebut?
b. Siapakah penulis dan pencetak buku 'Serat Darmagandhul' koleksi 'buku langka'?
c. Mengapa saat mulai penulisan pada 1 Ramadhan th.1847 (hlm 1) tidak sesuai dengan saat selesainya penulisan pada 1 Ruwah th.1846 J (hlm 223) ?
d. Apa maksud angka th1925 dihalaman 1, karena tintanya beda dengan tinta halaman tulis tangan?

e. Dihalaman paling depan, tertulis dalam aksara Jawa : Darmagandhul, no. 59, dibawahnya ada tanda tangan dan stempel nama : 'Sjn. Dwidjohatmadjo'. Dari gaya penulisan aksara Jawa, bisa disimpulkan bahwa penulisnya berbeda dengan penulis pada halaman tulis tangan hlm 1 s/d 64. Apakah nama tersebut adalah yang menyusun/menjilid ulang pada th.1925 atau nama pemilik sebelum menjadi koleksi 'buku langka'

Buku koleksi 'buku langka' ini kami dapatkan dari pedagang buku bekas, seluruhnya menggunakan aksara Jawa, dalam bentuk tembang Macapat, berukuran 13 x 16.8 x 2.5 cm, hard cover, 261 lembar, 223 halaman.
Maaf apabila terjadi kekeliruan dan ada yang tidak berkenan.

Selasa, 16 Juli 2019

Bahasa Madura, 'Lalampa'annepon Djoko Remi'. th 1923.


Buku terjemahan berbahasa Madura berukuran 15 x 22 cm, HC, 101 halaman, yang diunggah ini sudah tersimpan lebih dari 20 tahun bersama-sama dengan buku-buku terbitan Balai Poestaka yang sejaman lainnya, judulnya :
Lalampa'annepon
'DJOKO REMI'
Ada Saaba Edalem Dhoennya

Diterjemahkan ke bahasa Madura oleh : Radhin Sosro Danoe Koesoemo, diterbitkan oleh Balai Poestaka th.1923.
Gambar bawah kiri adalah halaman 'Judul' buku 'Djoko Remi', gambar kanan adalah halaman 'Ator Kabidhan', sedang bawah tengah halaman salah satu gambar dalam buku 'Djoko Remi' diatas.

Gambar bawah kiri adalah halaman awal (3), sedang sebelah kanan adalah halaman akhir (101), sedang dibawahnya, gambar halaman 'essena boekoe' (isi buku).

 'Lalampa'annepon Djoko Remi Ada Saaba Edalem Dhoennya' adalah terjemahan dari sebuah buku yang terkenal, salah satu karya terbaik 'Hector Malot' (1830 - 1907),  aslinya berjudul 'Sans Famille'terbit th. 1878 dalam bahasa Perancis. 
Selanjutnya 'Sans Famille' diterjemahkan kedalam beberapa bahasa dengan judul yang berbeda beda, termasuk bahasa Madura (gambar paling atas), bahasa Indonesia dengan judul 'Sebatang Kara' (gambar bawah kiri), bahasa Inggris dngan judul 'Adventures of REMI' (gambar bawah kanan) dan bahasa-bahasa lainnya.

Cerita ini begitu terkenal, banyak penerbit menerbitkan 'Sans Familee' versi komik. Bahkan pada th.1958 difilmkan dengan judul 'Sans Famille' dan kembali pada th. 2018 film barunya beredar, judulnya 'REMI Sans Famille'.
Gambar bawah adalah poster film th.1958 (kiri) dan th.2018 (kanan).

Setiap tulisan berwarna biru dimaksudkan adalah bahasa Madura dan maaf bila ada kekeliruan dan gambar-gambar selain yang dari buku 'Djoko Remi', semuanya diambil Google.

Selasa, 18 Juni 2019

'Pusaka Jawi'.

Saat merapikan tumpukan kertas-kertas lama beberapa minggu yang lalu, menemukan satu edisi majalah lama, lengkap berjudul :
"PUSAKA  JAWI" 
edisi tahun ke XIV, no.8, bulan Agustus th.1937.
  agak kotor dicovernya dan bekas tekukan pada halamannya.
Gambar bawah adalah cover depan (kanan) dan cover belakang (kiri).
Majalah ini terbit setiap bulan, 16 halaman, berukuran 23 x 31 cm, seluruhnya menggunakan aksara dan bahasa Jawa,   dengan nomer halaman urut dari bulan Januari, jadi pada majalah no.8 bulan Agustus, halamannya bernomer 113 s/d 128.
Melihat fisiknya memang tidak menarik, tapi setelah membaca daftar isinya di cover depan, ternyata isinya ada 4 bab, semuanya cukup menarik, berikut ini judul-judulnya, dalam bahasa aslinya:
1.Pengetan, suruddalem Sampeyandalem Ingkang Sinuhun  Kanjeng Susuhunan Paku Buwana IV ing Surakarta, sarta Jumenengandalem P.B. V. 
2. Ginemipun Sang Harya Wrekudara nalika kapanggih Sang Dewa Ruci.
3. Babadipun Nagari Pacitan.
4. Bab bangsa Hindhu sarta srawungannipun kaliyan bangsa Jawi.
Dibawah ini halaman pertama, hlm.113, halaman 'Judul', berisi keterangan isi majalah ini, diantaranya penerbit majalah ini, yaitu 'Java Instituut'dan nama-nama redaksinya; dan juga cara 
termasuk biaya beralanggan. 

Selanjutnya dibawah ini diunggah 4 halaman, lengkap dengan 'sulih aksara' nya (merah), bab : 'Babad Pacitan' atau dalam bahasa aslinya :"Babaddipun Nagari Pacitan"
Karena keterbatasan kemampuan, maka dicukupkan sekian saja, mudah-mudahan bermanfaat, minimal untuk menambah wawasan. Maaf kalau ada kekeliruan. 

Kamis, 30 Mei 2019

Intermezzo. The Thief of Bagdad, th 1940 dan Aladdin.


Film 'Aladdin' yang saat ini sedang diputar di Jakarta, mengingatkan pada film yang berjudul 'The Thief Of Bagdad', karena cerita 'Aladdin' mirip dengan cerita 'The Thief Of Bagdad' tersebut. 
Kebetulan 'buku langka' menyimpan 2 (dua) design poster film 'The Thief Of Bagdad' th 1940 (bila inging lebih jelas, silahkan gambar-gambar dibawah).
Dua gambar hitam putih diatas adalah gambar design poster film 'The Thief Of Bagdad', th. 1940. Dan gambar bawah adalah gambar poster yang sudah jadi/asli, berwarna dan mirip dengan gambar design yang sebelah kanan.
Dibawah ini poster film 'The Thief Of Bagdad' th. 1924, masih jaman 'film bisu'

Ada kemiripan pada cerita, antara 'Aladdin' dengan 'The Thief Of Bagdad' diantaranya :
- ada tokoh 'Putri Kerajaan'
- ada tokoh 'antagonis' dari kerajaan yang menginginkan Putri Kerajaan. 
- ada tokoh 'pahlawan' dan berhasil merebut hati Putri Kerajaan.
- ada yang 'membantu' tokoh pahlawan, berupa manusia ataupun monyet
- ada 'lampu wasiat'
- ada 'jin' yang tinggal didalam lampu wasiat dan siap membantu pemilik lampu wasiat tersebut.
- juga ada 'karpet terbang'.
Dibawah ini adalah gambar poster film 'Aladdin' th.2019.

Gambar-gambar poster diambil dari internet, kecuali gambar design poster B/W koleksi 'buku langka'. 
Maaf kalau ada yang tidak berkenan atau kekeliruan.

Senin, 27 Mei 2019

Badminton. th.1952.


Bagi masyarakat Indonesia, badminton atau bulutangkis adalah termasuk olah raga yang paling banyak penggemarnya walaupun prestasi internasionalnya mengalami pasang surut.
Dibawah ini diunggah sebuah buku koleksi 'buku langka' yang tidak terlalu tua, saat ini baru 65 tahun tapi cukup langka, yaitu :
Badminton
Eddy Choong and Fred Brundle

Buku diatas termasuk ukuran 'buku saku', tapi memuat banyak hal, misalnya sejarah, dasar-dasar permainan badminton termasuk ukuran lapangan, pukulan service, lob, smash, dropshot dan lainnya.

Gambar atas kiri adalah halaman 'Judul' dari buku ini, sedang gambar halaman 'isi'.

 

Gambar-gambar karton diatas ini sebagai intermezo dan sedikit petunjuk sederhana, agar lebih jelas gambar denk eterangannya, silahkan di 'klik' saja.

  Gambar bawah adalah halaman sejarah badminton, pimpinan, tahun/waktu dan hal-hal yang menarik dari th.1870 sampai th.1953

Dibawah ini adalahgambar-gambar gaya bermain, pemain top saat itu, gambar kiri pemain putri June White dan Iris Cooley, sedang gambar kanan adalah pemain putra Dave Preeman (USA) dan Wong Peng Soon (Malaya)


Buku ini diterbtkan olae W. & G. Foyle Ltd. Great Britain th.1953, hard cover, 12.5 x 18.2 x 0.9 cm, 96 halaman.
Pada th. 1956, Eddy Choong and Fred Brundle kembali menerbitkan buku 'Badminton' tetapi dengan ukuran lebih besar (13 x2 1 x 2 cm), 128 halaman, gambar dibawah diambil dari internet, sebagai berikut,
Hasil gambar untuk Eddy Choong, Fred Brundle: The Phoenix Book of BadmintonHasil gambar untuk Eddy Choong, Fred Brundle: The Phoenix Book of Badminton