Tampilkan postingan dengan label babad. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label babad. Tampilkan semua postingan

Jumat, 30 Juni 2017

Layang Damarwulan


Yang diunggah 'bukulangka' dibawah ini berjudul 
"LAJANG DAMAR-WOELAN"
menggunakan ejaan versi van Ophuysen, atau 'Layang Damar-Wulan' dalam ejaan sekarang. Dengan pengantar berbahasa Belanda.
Buku langka berukuran 21.5 x 27 cm, XXXIII + 55 + 110 halaman, HC, diterbitkan oleh Batavia Boekhandel Visser & Co. pada th. 1905.
Penulisnya D. van Hinloopen Labberton, seorang guru pengajar bahasa Jawa dan bahasa Melayu. Dia juga anggota Comissie voor de Volklectuur dan kemudian komisi ini menjadi Balai Pustaka.

Layang Damar-Wulan (LDW), aslinya berbahasa dan beraksara Jawa, ditulis dalam bentuk tembang 'macapat' (lagu Jawa), 
tetapi dalam buku ini LDW ditulis dalam bentuk prosa biasa, tidak dalam tembang.
buku langka ini menggunakan bahasa Balanda sebagai bahasa penghantar, sedang LDW menggunakan bahasa Jawa.

LDW dalam buku ini, sebagian menggunakan huruf cetak dan sebagian menggunakan aksara Jawa (gambar atas).

Disini 'bukulangka' tidak menceritakan kisah Damar-wulan, karena kisahnya sudah populer dikalangan masyarakat, terutama masyarakat di Jawa.

Buku langka ini kelihatannya sudah pernah mendapatkan perbaikan, terutama covernya.

Rabu, 14 Oktober 2015

Babad Diponagoro

Saat menyelusuri internet untuk menambah referensi, dalam rangka mengunggah 'Peta Sejarah Perang Dipanegara' yang lalu, 'rare book' merasa agak terusik karena terbaca komentar-komentar negatif di beberapa 'website' yang mengunggah topik mengenai diterbitkannya naskah 'Babad Dipanagara' hasill editan Peter Carey, oleh 'Kuala Lumpur Art Printers, Malaysia, dengan judul 'Babad Dipanagara, An Account of the Outbreak of the Java War' (1825-1830), pada th. 1981 (gambar bawah kiri) 
Mungkin para komentator (bukan websitenya) tidak/belum tahu bahwa Pemerintah Indonesia cq Depdikbud juga telah menerbitkan 'Babad Diponagoro' pada th. 1981, bahkan lengkap dengan transliterasi dari huruf aslinya dan juga terjemahan (ringkasan) ke bahasa Indonesia (gambar bawah kanan). 
Jadi Indonesia juga tahu 'menghargai pahlawan' nya dan juga 'tidak terlambat atau kalah cepat' dengan yang lain.

Gambar dibawah ini adalah halaman judul (kiri) dan halaman pertama terjemahan kedalam bahasa Indonesia, buku 'Babad Diponagoro'.

Sedang dibawah ini adalah gambar halaman transliterasi, judul dan isinya dalam bentuk tembang 
Jawa.
 

Untuk lebih jelasnya silahkan 'klik' gambarnya.

Jumat, 19 Desember 2014

Babad Demak II - Babad Mataram.

Setelah mengunggah buku langka setebal 400 halaman, Babad Demak, mengisahkan berdirinya kerajaan/kesultanan Demak, diakhiri dengan 'Raden Patah naik tahta', sebagai raja pertama di kerajaan/kesultanan Demak'.
Maka 'rare book' melanjutkan menggunggah buku langka setebal hampir 688 halaman, sambungan dari Babad Demak yang pertama dan penulisnyapun sama. Dalam buku ini cerita berakhir saat Pangeran Pekik berhasil mengalahkan Giri.
Buku ini pun didapatkan bersamaan dengan buku pertama, di lapak kertas/buku bekas. Nyaris jadi bubur kertas.
Cover tidak ada, bagian belakang sudah berkurang maksimal 10 halaman.
 
Diatas adalah gambar halaman paling depan, halaman 1, walaupun judulnya tidak ada tapi dari kisah didalam buku, dari catatan pinggir, maka bisa disimpulkan buku ini adalah Babad Demak dan Babad Mataram.

Gambar atas kiri, adalah halaman berakhirnya kisah Demak dan gambar kanan adalah halaman awal kisah Mataram.

Gambar atas adalah halaman 241 dimana kisah Ki Gede Pemanahan dan Sutawijaya mulai membangun Mataram. Terbaca pada catatan pinggir : 'Mataram - Babat - 1531'.

Gambar atas adalah catatan pinggir yang diperjelas, searah jarum jam mulai dari kiri atas : 
'Ki Pamanahan nampi ganjaran Mataram', 'Mataram babat : 1531', 'Senapaten kepanggih Ratu Kidul' dan 'Mataram surud : 1535'
Mengenai tingkat kebenaran kisahnya? Wallahu alam.
'rare book' hanya mengapresiasi buku langka yang sangat menarik, berlatar belakang sejarah Demak dan Mataram, ditulis dengan tanggan menggunakan bahasa dan aksara Jawa, ketebalan 400 halaman dibuku I dan 688 (mustinya lebih) di buku II.

Sayangnya penulis menggunakan tinta yang lebih keras dibanding yang digunakan pada buku I, sehingga tintanya 'membakar' kertasnya, perhatikan gambar-gambar diatas dan dibawah, tinta garis pinggir memotong kertasnya.
Gambar atas adalah halaman terakhir yang masih terselamatkan, halaman 688, melihat penjilidannya, diperkiran ada 10 lembar yang hilang, mungkin terbawa saat menyobek covernya.

Selasa, 16 Desember 2014

Babad Serang.

Buku ini menceritakan tentang 'sejarah dan silsilah' dari Kanjeng Pangeran Harya Suryanataningrat, putra KGPAA Mangkunagoro II, Surakarta,
K.P.H. Suryanataningrat adalah Pemimpin Pasukan Mangkunagaran pada Perang Diponegoro (1825-1830).
Koleksi 'rare book', buku langka berjudul "Babad Serang" ini tidak terbit sekaligus tapi terbit setiap bulan mulai bulan mulai No. 1, bulan Desember 1939, dimana oleh bagian Administrasi buku ini (nomer 1) disebut sebagai 'prup nomer' atau nomer percobaan.

Atas kiri adalah gambar halaman paling depan, terlihat judul dan lambang Paguyuban Andanawarih yaitu perkumpulan keturunan Kanjeng Pangeran Harya Suryanataningrat.
Sedang sebelah kanan adalah gambar KGPAA Mangkunagoro II.

Isi Buku ini terbagi dua yaitu Sejarah dan Silsilah.
Gambar atas menunujukan pembagian buku, mengenai Sejarah hanya 24 halaman seterusnya mulai halaman baru lagi berisi Silsilah, sebanyak 7 atau 8 halaman.

 Gambar atas adalah halaman silsilah mulai dari jilid 1( kiri ) sampai dengan jilid 13 ( kanan ) silsilah selesai.

Sayang, koleksi 'rare book' hanya sampai jilid 14 (gambar atas), mungkin dulu pemiliknya hanya perlu 'silsilah' saja (selesai di jilid 13) dan hanya berlangganan sampai jilid 14.
Buku-buku ini diterbitkan oleh Paguyuban Andanawarih, berukuran 14 x 22 cm, dicetak oleh Percetakan Djawi, Solo, th. 1939 - 1940, seluruhnya menggunakan bahasa dan aksara Jawa.

Babad Demak. I


Koleksi rare book ini, saat ditemukan di lapak (tempat penampung buku/kertas bekas), buku langka dibawah ini sudah siap dihancurkan, selanjutnya akan dikirim ke pabrik pulp (buburkertas), bahkan cover depan belakang sudah disobek, untung jilidannya masih bagus (lihat gambar bawah). Kalau mau lebih jelas silahkan 'klik' pada gambarnya.
Menggunakan bahasa pengantar dan aksara Jawa, Babad Demak ini menggunakan buku berukuran folio, bergaris. Paling depan, halaman 1 diberi garis pinggir 3 warna.

Bawah kiri gambar halaman 1, karena covernya sudah hilang makanya kertasnya agak kotor. 
Menerangkan bahwa yang menulis Babad Demak ini bernama Sumawicitra, pensiunan mantri polisi. Menulis buku ini mulai tgl. 2 Mei 1939.
Gambar sebelah kanan halaman 400 (terakhir), menerangkan bahwa selesai menulis buku ini pada tgl. 9 Juli 1939.  

Bawah kiri, gambar halaman 2, tinta yang digunakan berwarna biru, terdapat 'catatan pinggir', isnya 'purwanipun Seh Malaya' (awalnya Seh Malaya). Catatan pinggir tersebut dibuat oleh orang yang sama, mungkin beda waktunya.  
Atas kanan, gambar halaman 7, menggunakan tinta hitam. Catatan pinggirnya berbunyi 'Rasa Wulan. Seh Malaya'

Bawah kiri, gambar halaman 37, catatan pinggirnya 'Purwanipun Jaka Tarub krama widadari Nawangwulan'
Atas kiri, gambar halaman 133, catatan pinggirnya 'Purwanipun Seh Malaya karan Sunan Kalijaga'.

Bawah kiri, gambar halaman 233, catatan pinggirnya 'Nagasasra-sagara wedang-tosan kodrat'.
Atas kanan, gambar halaman 397 (mendekati akhir), catatan pinggirnya 'Raden Patah jumeneng nata ing Demak'.
Jadi akhir dari Babad Demak ini adalah Raden patah naik tahta menjadi Raja Demak.

Kamis, 30 Oktober 2014

Serat Babad Surakarta, aksara Jawa.


'rare book' mengunggah 'buku langka' berjudul panjang : 
"Serat Babad Surakarta ingkang katelah dipun wastani Babad Giyanti mawi sekar Macapat"
maksudnya "Serat Babad Surakarta yang lebih dikenal dengan nama Babad Giyanti, dalam bentuk tembang (lagu Jawa) Macapat". Bundel lengkap berisi jilid I s/d IV.
Diberi judul 'Babad Surakarta' karena menceritakan kepindahan Kerajaan Mataram yang menguasai Jawa Tengah dan Timur, pindah ke Surakarta karena keratonnya di Kartasura dibakar oleh pemberontak Tionghoa. 
Sedang judul 'Babad Giyanti' diambil karena adanya sebuah perjanjian yang ditandatangani di desa Giyanti, terletak disebelah timur Surakarta, pada th. 1755. 
Hasil dari perjanjian adalah Mataram terbelah menjadi dua, Pangeran Mangkubumi menjadi raja Yogyakarta bergelar Hamengkubuwana, sedang Pakubuwana tetap di Surakarta.
Disni 'rare book' tidak membahas isi dari Babad Surakarta/Giyanti karena sudah banyak tulisan yang membahas isi atau kisahnya, baik didunia maya maupun dunia nyata.

Gambar atas adalah judul jilid I dan IV. 
Diakhir jilid IV dinyatakan akan dilanjutkan ke jilid V, tapi sampai bertahun tahun tidak terbit lagi.
Selain judul yang sudah ditulis diatas ditambah keterangan bahwa babad ini hasil karya Raden Tumenggung Yasadipura, pujangga kraton Surakarta Adiningrat.
Jilid I dicetak th. 1916, jilid II th. 1916, jilid III th. 1917 dan jilid IV th. 1918.
Buku ini tidak ada covernya, jadi kemungkinan ini bundel dari penerbitnya. 
Selain bundel ini juga ada terbitan per jilid, dengan tahun penerbitan sama dengan diatas, lengkap dengan cover, tampak gambar covernya dibawah ini.

Balai Pustaka juga menerbitkan Babad Giyanti karya Yasadipura juga, berbentuk tembang menggunakan aksara jawa, berturut-turut dari th. 1939 sampai th. 1941, sebanyak 22 jilid, yang mana jilid terakhir berisi daftar nama dan tempat. 

Rabu, 29 Agustus 2012

Babad Tanah Jawi, tulis tangan, th.1866.

Masih mengunggah 'Babad Tanah Jawi', kali ini 'rare book' menampilkan buku langka, buku antik dan tua, sastra jawa, nyaris satu setengah abad umurnya. Sebagian kertasnya yang didepan dan dibelakang sudah rapuh dan lepas jilidannya. Begitu juga covernya yang terbuat dari kulit di 'embos' ornamen khas Jawa.

Pada lembar awal, nyambung ke lembar 2, tertera tahun awal penulisannya dalam bentuk candrasengkala : "Panca Trus Pandhita Ratu" maksudnya menyebutkan tahun Jawa yaitu th. 1795 atau tahun 1866 Masehi.
Cerita berawal ketika Jaka Suruh naik tahta di Majapahit, sampai Pangeran Subaya 'pepe', menyerahkan hidup dan matinya dihadapan raja Mataram.


Buku antik ini berkuran folio, kertas concordia 285 lembar ditulis bolak balik, tidak ada nomer halaman, yang ada nomer lembaran, menggunakan aksara Jawa, Babad Tanah Jawi ini berbentuk tembang Jawa (macapat), pada pergantian jenis tembangnya diberi sisipan ornamen menarik (lihat gambar2 dibawah, klik gambarnya agar lebih jelas).

Pada gambar bawah kiri adalah gambar lembar awal dan gambar tengah adalah lembar ke 2, gambar kanan adalah sebaliknya lembar ke 200.






3 gambar disamping dan diatas ini meperlihatkan contoh ornamen yang ada.




Disamping ini gambar halaman yang ditaruh paling depan, mungkin maksudnya judul buku ini, menerangkan bahwa yang punya buku ini keluarga besar Trunajayan. Yang menulis Mas Sasra Pinarka. Tapi gaya tulisan maupun tinta yang dipakai berbeda dengan yang digunakan pada isi buku ini, jadi mungkin lembaran ini adalah lembaran tambahan atau lembaran pengganti judul buku yang hilang, dibuat oleh pemilik buku sebelum dikoleksi oleh 'rare book'.


Kalau gambar yang disebelah ini gambar terawangan kertas yang digunakan untuk menulis buku ini, terlihat gambar mahkota dan tulisan pada watermark kertas tersebut.