Rabu, 14 Oktober 2015

Babad Diponagoro

Saat menyelusuri internet untuk menambah referensi, dalam rangka mengunggah 'Peta Sejarah Perang Dipanegara' yang lalu, 'rare book' merasa agak terusik karena terbaca komentar-komentar negatif di beberapa 'website' yang mengunggah topik mengenai diterbitkannya naskah 'Babad Dipanagara' hasill editan Peter Carey, oleh 'Kuala Lumpur Art Printers, Malaysia, dengan judul 'Babad Dipanagara, An Account of the Outbreak of the Java War' (1825-1830), pada th. 1981 (gambar bawah kiri) 
Mungkin para komentator (bukan websitenya) tidak/belum tahu bahwa Pemerintah Indonesia cq Depdikbud juga telah menerbitkan 'Babad Diponagoro' pada th. 1981, bahkan lengkap dengan transliterasi dari huruf aslinya dan juga terjemahan (ringkasan) ke bahasa Indonesia (gambar bawah kanan). 
Jadi Indonesia juga tahu 'menghargai pahlawan' nya dan juga 'tidak terlambat atau kalah cepat' dengan yang lain.

Gambar dibawah ini adalah halaman judul (kiri) dan halaman pertama terjemahan kedalam bahasa Indonesia, buku 'Babad Diponagoro'.

Sedang dibawah ini adalah gambar halaman transliterasi, judul dan isinya dalam bentuk tembang 
Jawa.
 

Untuk lebih jelasnya silahkan 'klik' gambarnya.

Jumat, 09 Oktober 2015

Peta Sejarah Perang Dipanegara.

Peta yang diunggah 'rare-book' dibawah ini bukan seperti peta yang biasa kita lihat, tapi Peta Sejarah yang berhubungan dengan Perang yang terjadi di Jawa yaitu perang antara Belanda dengan Pangeran Dipanegara, dari 1825 - 1830, terkenal dengan nama :
'Java - Oorlog' atau 'Perang di Jawa',
dimana perang tersebut adalah perang paling lama, paling banyak korbannya dan pasti membutuhkan biaya sangat besar.
15.000 orang dari pihak Belanda dan sekutunya terbunuh, sedang dari pihak P. Dipanegara sebanyak 20.000 orang (wikipedia). 
Makanya 'Java - Oorlog' adalah 'Perang terbesar' di Jawa. 
Pihak Belanda secara khusus menerbitkan buku 'De Java - Oorlog' sebanyak 6 (enam) jilid tebal.

Peta ini berukuran  53 x 81 cm, dibuat th. 1905 untuk mendukung 
buku sejarah ' DE JAVA - OORLOG' jilid IV (terbit th. 1905), makanya dalam peta diprioritaskan nama daerah dan lingkungannya, termasuk kota, kecamatan, jalan, sungai besar dan kecil, agar pembaca buku ini lebih mudah memahami tulisan dalam buku tersebut.

Selain peta diatas, ada selembar peta lagi beukuran 40 x 25 cm yang menunjukan rencana Belanda untuk membuat 'pertahanan' dipinggir sungai Serayu (gambar bawah kiri). Gambar kanan adalah potongan 'peta besar' diatas; kotak merah kecil adalah lokasi gambar sebelah kiri.

Dibawah adalah gambar buku 'De Java - Oorlog' jilid IV dimana peta-peta diatas menjadi lampirannya.

Buku 'De Java-Oorlog' adalah sejarah versi Belanda
Tapi Pangeran Dipanegara juga menulis kisahnya sendiri berjudul 'Babad Dipanagara'. 
Pangeran Diponegoro menulis 'Babad Dipanagara' di Batavia saat beliau ditahan Belanda dan dilanjutkan saat beliau berada di pembuangan di Sulawesi. 
Awalnya Pangeran bersedia diajak berunding oleh Belanda, ternyata Pangeran ditangkap dan dibuang ke Menado selanjutnya ke Makassar.
Naskah kuno 'Babad Dipanagara' tersebut diatas yang berisi kisah hidup P. Dipanegara, sudah diakui oleh UNESCO sebagai Memory Of the World (MOW), pada Juni 2013.