Jumat, 29 November 2013

Views Of Netherlands India, th. 1910. I


Beberapa hari yang lalu, 'rare book' mendapat semacam album berbentuk seperti map surat2, berisi gambar-gambar foto pemandangan pegunungan oleh Geo P. Lewis,  diterbitkan oleh Kurkdjian Ltd., Sourabaya, Java, judulnya "Views Of Netherlands India" 'Series Garoet'. Walaupun bukan 'buku langka' tapi 'gambar/photo langka' yang tetap menarik untuk dinikmati.
Dibawah adalah gambar album/map berukuran 33 x 28 cm.
Diperoleh informasi dari internet, diantaranya pada National Library Of Australia, Bibliophile Bookbase dan lainnya bahwa 'Views Of Netherlands India' sedikitnya ada 2 serie, yaitu serie Garoet dan serie Tosari.
Dibawah ini salah satu gambar yang ada didalam album, judulnya 'Eruption Of The Tangkoeban Prahoe Volcano, Java'. Gambarnya berukuran 16 x 21.5 cm dengan embos dipinggirnya, sedang kertasnya berukuran 27 x 32 cm.

Dibawah ini ditampilkan gambar2 serie Garut, pemandangan pegunungan di Jawa Barat, berwarna sephia sedang gambar dibawahnya (full colour) adalah pemandangan saat ini. Menariknya, ada yang sudah 100 tahun tapi tidak berubah. Kalau mau lebih jelas silahkan 'klik' gambarnya.
Telaga Bodas (Kawah Putih) th. 1910 dan pemandangan saat ini.

Situ Bagendit th. 1910 dan pemandangan saat ini, sudah seabad tapi profil gunungnya tidak berubah.

Kawah Manuk, dekat Kamojang th. 1910 dan pemandangan saat kini, perhatikan 2 batang pohon yang berada diatas.

Album Series : Garoet ini berisi gambar2 berjudul :
- Tjikoray Mountain, Garoet, Java.
- Eruption of teh Tangkoeban Prahoe volcano, Java
- Goentoer Mountain near Garoet, Java
- Interior of Papandajan crater, Java
- Working Geyser in Papandajan Crater, Java.
- The Telaga Bodas (White Crater Lake), Java.
- Bagendit Lake, Garoet, Java.
- The Goentoer from Tjipanas.
- Fishponds, Tjipanas near Garoet, Java.
- The Kawah Manoek, Java.

Ternyata album serie Garoet yang 'rare book' dapatkan juga berisi gambar2 yang ada di album serie Tosari. Insya Allah akan diunggah pada kesempatan berikutnya.



Minggu, 10 November 2013

Soewara Moehammadijah 1923 - 1924.


"Soewara Moehammadijah, Terbit Tiap Tiap 1 Hari Boelan Belanda".
Membaca judul diatas, tentu maksudnya adalah majalah 'Suara Muhammadiyah', tapi kalimat seterusnya terasa unik, mungkin maksudnya terbit sekali dalam setiap bulan Masehi, maaf kalau keliru.
'rare book' mendapatkan majalah ini di pedagang buku/majalah bekas, mungkin sudah lama tersimpan atau belum terbuang karena terselip diantara tumpukan kertas2 bekas.
Dulunya majalah ini dibundel, tapi waktu didapatkan, bundelannya sudah berantakan lepas, kotor dan sebagian halamannya sudah grepes atau sobek-sobek kecil, seperti terlihat dalam gambar.
Bahasa yang digunakan bisa menjadi contoh bahasa yang lazim digunakan pada waktu itu, 1923 - 1924.
Yang menarik/lucu adalah nama/judul majalahnya, mungkin karena asalnya dalam bahasa Jawa, 'Sworo Moehammadijah', diubah menggunakan bahasa Melayu menjadi 'Swara Moehammadijah', selanjutnya dengan adanya perkembangan bahasa, judulnya berubah menjadi 'Soeara Moehammadijah'. Lihat/klik gambar dibawah, menunjukan perubahan judul dan layout.

Dalam majalah yang didapat ini, terdapat cerita awal terbentuknya RS PKU Muhammadiyah. Awalnya dari melihat banyak masyarakat yang sengsara, maka dibentuklah PKO singkatan dari Penolong Kesengsaraan Oemat, salah satu kegiatannya adalah memberikan bantuan kesehatan (1924 hlm 9), seiring perkembangan jaman, nama PKO berubah menjadi PKU singkatan dari Pembinaan Kesejahteraan Umat. Sekarang terkenal dengan RS PKU Muhammadiyah.

Ada lagi yang menarik/lucu dalam majalah ini yaitu istilah yang digunakan, misalnya Grombolan Moehammadijah (bawah kanan) dan istilah Soerat Tanda Sekoetoe (bawah kiri)..
'rare book' tidak menafsirkan istilah tersebut karena tidak mengerti dan tidak tahu maksudnya.

Masih banyak hal yang menarik, baik isi maupun bahasanya.
Majalah ini berukuran kira2 17.5 x 24.5 cm, 16 hlm per edisi. Tidak diketemukan tahun dan nomer majalah, hanya ada nomer halaman.

Jumat, 01 November 2013

Suluk "DEWA RUTJI" (Dewa Ruci), Dr. R. Ng. Poerbatjaraka

Dikalangan dunia Pewayangan, cerita maupun nama 'Dewa Ruci' sangat populer.
Kisah Dewa Ruci adalah salah satu 'suluk' yang populer di Jawa dan sering dipergelarkan sebagai lakon wayang kulit. Istilah 'suluk', dalam kaitannya dengan agama Islam dan sufisme, berarti menempuh jalan (spiritual) untuk menuju Allah.
Mungkin karena kepopuleran kisah dewa Ruci maka majalah 'DJAWA' mencetak kembali 'Dewa Roetji' nya Dr. R. Ng. Poerbatjaraka, th. 1940.
'rare book' mengkategori buku ini sebagai 'buku langka' karena walaupun buku ini belum terlalu tua tapi isinya menarik dan cukup sulit kalau ingin mencarinya.


Dalam buku berukuran 22 x 31 cm, 51 hlm. softcover dan berhalaman tebal ini juga dilampirkan contoh bahasa yang digunakan pada 'Dewa Ruci' versi lainnya. Silahkan klik pada 3 gambar dibawah ini.
Gambar atas kiri menggunakan bahasa Melayu kuno, gambar atas kanan menggunakan bahasa Jawa tengahan, gambar bawah menggunakan bahasa Jawa kuno.

Kisah Dewa Ruci mulai digubah pada abad ke-18 M berdasarkan teks abad ke-16 M 'Serat Syekh Malaya' karangan Sunan KalijagaAda dua versi dari teks abad ke-16 ini. 
Versi I, menceritakan pertemuan Iskandar Zulkarnanin dengan Nabi Khaidir di sebuah pantai. Iskandar disuruh menyelam ke dalam lautan untuk mencari air hayat (ma` al-hayat) agar bisa hidup kekal.
Versi II, peran Iskandar diganti oleh Syekh Malaya alias Sunan Kalijaga bertemu dengan Nabi Khaidir. 
Selanjutnya dalam Serat Dewa Ruci peran Syekh Malaya diganti oleh Bima, dan Dewa Ruci menggantikan Nabi Khaidir.