Minggu, 28 Oktober 2012

Kisah Panji Asmarabangun, dalam 'Tembang Aksara Jawa Tulis Tangan'. Lanjutan.

Masih melanjutkan posting buku langka 'Tembang Aksara Jawa Tulis Tangan' yang didapat di Solo (lihat gambar), 'rare book' menampilkan salah satu dari dua kisah yang ada dalam buku tersebut, yaitu "Kisah Panji Asmarabangun", termasuk sastra jawa yang populer di masyarakat, khususnya di pulau Jawa.
Sebetulnya banyak sastrawan Indonesia maupun asing meneliti/menulis perihal kisah2 Panji Asmarabangun, misalnya R.Ng. Ranggawarsita, RM. Poerbatjaraka, A. Teeuw, J.J. Ras, Lidya Kieven dll. Banyak sastrawan yang menulis novel dengan latar belakang kisah ini dan kisah ini juga banyak dipentaskan pada wayang beber maupun pada sandiwara2 tradisional.

Gambar disebelah adalah tulisan yang menunjukan awal kisah 'Panji Asmarabangun', 'rare book' menambahkan dengan transliterasi huruf berwarna putih, silahkan klik untuk lebih jelasnya, bahasa Indonesia nya : "Panji Asmarabangun putra Kuda Jayengsari menghilang bersama permaisurinya, Dewi Sekartaji, Putri Ayu Condrakirana, nggak ada seorangpun yang tahu"

Dalam buku langka ini, kisah Panji ditulis dalam bentuk tembang (lagu) Jawa, tulisannya rapi, aksara yang menerangkan jenis tembangnya diberi variasi tertentu. Gambar diatas ini contoh betapa rapinya tulisannya dan variasi tulisan jenis tembangnya, yaitu tembang 'Dhandanggula'.
Sedang gambar dibawah ini contoh untuk jenis tembang 'Megatruh'.


Kalau gambar disamping ini adalah contoh bila buku langka tersebut kita buka, halaman 58 - 59, walaupun terlihat warna halamannya tidak rata karena usia dan cara penyimpanan yang kurang baik, tapi masih kelihatan tulisannya yang rapi, sudut kemiringannya dan ukuran hurufnya rata. Dan kerapian itu terlihat sampai halaman terakhir.

Jumat, 19 Oktober 2012

Wejangan Nabi Khaidir dan Sunan Bonang pada Sunan Kalijaga. Lanjutan 'Tembang Aksara Jawa Tulis Tangan'.


Melanjutkan posting sebelumnya mengenai buku langka yang didapatkan di Solo, tulis tangan, dalam bentuk tembang Jawa, macapat, aksara Jawa (lihat gambar dibawah).

Dalam kesempatan ini 'rare book' menampilkan bagian buku yang mengisahkan 'Sunan Kalijaga', dan 'rare book' hanya menampilkan cuplikan2 yang sudah ditrasliterasi kan dengan huruf berwarna putih.
Dalam buku ini kisahnya dimulai dari Sunan Kalijaga masih muda, seorang brandal anak Adipati Tuban, yang  bernama Lokajaya , diberi nama menjadi Syeh Malaya oleh Sunan Bonang, sampai beliau mengangkat Kiageng Pandanaran menjadi Sunan Bayat.

Gambar samping adalah cuplikan kisah Lokajaya, diusir oleh orangtuanya, bupati Tuban : "anak mring sibagigal, matinya sun tan wruh, luhung nuli pinu lungaha, . .  Wus misuwur dhugale kapati, raden Lokajaya nagri Tuban, kang putra sang dipatine, ... dst."

Disamping adalah cuplikan saat Syeh Malaya diangkat jadi Wali oleh Sunan Bonang : "Apan wus jangkep sawarsi, ... dst.  jeng sinuhun angandika, luwara tapanira, jenenga Wali sireku, panutup panata gama."

Disebelah adalah cuplikan wejangan Sunan Bonang kepada Syeh Malaya : "Sunan Benang ngandika ris, Seh Malaya bener sira, nanging sapemanggih ingong, ingkang ngaran panarima, elinga marang kang murba ... dst."

Gambar samping adalah cuplikan kisah saat Syeh Malaya ketemu Nabi Kilir (nabi Khaidir) : " ya ta wau jeng sinuhun Kalijaga, pan aneng ing jaladri, sampun pinanggihan kadya tiyang leledhang, paparab sang nabi Kilir, ...dst."

Disebelah adalah cuplikan wejangan Nabi Kilir (Khaidir) kepada Sunan Kalijaga : "Sajatine ya Muhkamad, kalawan Allah sejati, .... dst. dene tegese uga ginenten ananing Widi, apan niku jumenengira sunatullah."

Disamping adalah cuplikan saat Kiageng Pandanaran diangkat sebagai Sunan Bayat : "Jeng sinuwun Kali ingkang prapti, ......dst.  ngandika jeng Sinuwun, ... jumenenga Sunan Bayat, sidakna gonira akarya masjid, ngimani gama Islam."

Seluruhnya ada 20 lembar ukuran folio, ditulis bolak balik menggunakan aksara Jawa dan berbentuk lagu Jawa (tembang), jadi kata2 dan susunan kalimatnya menjadi tidak lazim agar sesuai dengan lagunya. Buku langka ini bisa digolongkan dalam buku agama, kebatinan bahkan buku sastra jawa.
Kertasnya sudah digigiti tikus dibagian pinggirnya dan ada bekas cairan, mungkin air kencing tikus, silahkan lihat dan klik gambar kertasnya dibawah ini.

Kamis, 18 Oktober 2012

Tembang Aksara Jawa Tulis Tangan Tanpa Judul.

Di Solo, Jawa Tengah,  'rare book' berkunjung ke penjual buku bekas, ditawari buku aksara Jawa, ditulis tangan, ukuran folio. Walaupun saya belum tahu apa isinya, bahkan terlihat kumuh, tanpa judul, nomer halaman tidak jelas, jilidan sudah lepas2, namun buku tersebut tetap diambil untuk dikoleksi, karena bagaimanapun juga, buku tersebut adalah sebuah karya sastra jawa, mewakili jamannya. Buku langka ini bisa dijadikan tantangan untuk mengetahui isi, asal, usia dan lainnya dari buku ini.

Setelah dilihat lihat, halamannya banyak bercak2, penulisnya minimal 2 orang, walaupun sedikit beda gayanya,  masing2 tulisannya sangat rapi, ukuran dan sudut kemiringan hurufnya, sama dari awal sampai akhir, sayang pemberian nomer halaman ada yang jelas, burem bahkan ada yang tidak diberi nomer, mungkin penomeran halaman dilakukan setelah selesai seluruh penulisannya, silahkan klik gambar dibawah ini agar tampak lebih jelas.

3 gambar sebelah kiri menunjukan perbedaan gaya penulisannya, sedang 3 gambar sebelah kanan menunjukan penomeran halaman yang jelas, burem dan tidak ada nomernya.

Halaman2 pada buku tersebut, karena kondisinya, terbagi menjadi 4 bagian, yaitu halaman yang utuh dan halaman yang tampak pada gambar dibawah ini, silahkan klik gambar dibawah ini agar lebih jelas. Gambar kiri halaman hanya kena noda cair, gambar tengah halaman hanya digigit tikus hingga growak dan gambar sebelah kanan adalah halaman yang kena noda cair sekaligus digigit tikus.

Ada keinginan untuk mengetahui, mengapa ada halaman yang kena noda dan ada yang tidak kena noda, halaman yang digigit tikus tapi tidak sama letaknya. Setelah dicoba untuk disusun ulang, diperkirakan saat tikus menggigit dan tersiram cairan (mungkin air kencing tikus), posisi/susunan halaman buku ini seperti yang tampak pada gambar dibawah ini.

Pada hardcover (pola marble) bagian depan dalam kiri atas, terdapat tempelan kecil (2 x 3 cm) dari toko buku dan penerbit Boedie Oetomo, Solo dengan harga 1 gulden. Mungkin hardcovernya bukan aslinya.


Setelah dirapikan dan diurutkan halamannya,  dibaca perlahan-lahan, ternyata buku terdiri dari 2 (dua) kisah/babad/hikayat, dalam bentuk tembang macapat (lagu Jawa), yaitu :
1. Panji Asamarabangun dan
2. Sunan Kalijaga, termasuk wejangan Sunan Bonang kepada Syeh Malaya, wejangan Nabi Khidir kepada Sunan Kalijaga dan wejangan Sunan Kalijaga kepada Sunan Bayat.

Memperhatikan kertas, tinta, susunan bahasanya dll. dalam buku ini, diperkirakan buku ini ditulis sekitar tahun 1900 an (maaf kalau keliru). Insya Allah, isi buku langka ini akan diunggah pada kesempatan berikut.

Minggu, 07 Oktober 2012

Poster GANEFO I, th. 1963

Poster Ganefo I di Jakarta th. 1963.



Posternya cukup besar, 100 cm x 70 cm, sebagai pembanding disertakan gambar kaset audio pada pojok bawah kanan. Sayang agak sedikit kotor pada pinggirnya.  
Seperti yang telah disampaikan pada posting sebelumnya, Bung Karno, Presiden Pertama Republik Indonesia, memprakarsai pembentukan Ganefo singkatan dari 'Games of The New Emerging Forces', Pesta Olahraga Negera2 Berkembang, dengan tujuan untuk menandingi Olimpiade (IOC).
Selain Ganefo, Bung Karno juga akan menyenggarakan Conefo, singkatan 'Conference of The New Emerging Forces', Konperensi Negara2 Berkembang. Bahkan gedung yang direncanakan untuk Konferensi sudah selesai dibangun (sekarang digunakan untuk DPR/MPR) namun Konfernsi batal dilaksanakan.

Ganefo I diselenggarakan di Jakarta pada 10 - 22 November 1963.
Ganefo II, diselenggarakan di Pnom Penh, Kamboja, pada tgl. 25 November - 6 Desember 1966, dihadiri hanya oleh negara di Asia sehingga disebut
 Ganefo Asia I.
Ganefo III atau Ganefo Asia II, awalnya akan diselenggarakan di Beijing, namun Beijing membatalkan niatnya dan diserahkan ke Pyongyang Korea Utara. Akhirnya tidak pernah dilaksanakan dan Ganefo bubar.  

Booklet Ganefo I, th 1963.


Booklet Ganefo I, th 1963. Mungkin bisa dibilang buku langka, karena kalau sengaja nyari belum tentu bisa ketemu.

'rare book' menampilkan buku resmi yang dikeluarkan oleh komite nasional Ganefo I, tampilannya menarik.
Ganefo adalah singkatan dari Games of the New Emerging Forces yaitu Pesta Olah Raga Negera2 Berkembang, diprakarsai oleh Bung Karno sebagai Presiden Indonesia I, diselenggarakan pada 10 - 22 November 1963, bertujuan untuk menandingi Olympiade (IOC).

Batik yang terlihat sebetulnya sebuah dompet setinggi ballpoint, sehingga mudah dimasukan dalam kantong, berisi berbagai informasi yang diperlukan oleh para partisipan, termasuk peta Gelora Senayan, Stadion Utama, Jakarta. Ada juga lembaran Janji Atlit, Pancasila, halaman kolom untuk mencatat hasil pertandingan dan lain2 .  









Mau tahu Rumusan Pancasila pada th 1963?
Aneh rasanya membaca Pancasila seperti yang terdapat dalam buku ini (lihat gambar dibawah ini).
Pantjasila, The Five Principles of State of the Republic of Indonesia.
1. Belief in God
2. Nationalism
3. Internationalism
4. Democracy
5. Social Justice